#FFRabu – Kaki-kaki

demi ucok

sumber

Dulu, ada sepasang kaki di atas kepalaku. Kaki-kaki ibuku. Ke mana pun aku pergi, mereka mengikuti. Sering sekali aku merasa terganggu. Kurasakan kaki-kaki itu membelenggu hidupku. Teman-temanku sering mengeluh.

“Kau selalu tak bisa diajak hepi.”

Aku cuma bisa diam. Saat kaki-kaki di kepalaku mengetukkan jemari, aku wajib patuh.

Tapi itu cerita lalu. Hari ini seorang lelaki akan membebaskan aku. Sejak pertama kukatakan ‘iya’ pada ajakannya untuk menikah, kurasakan kaki-kaki di atas kepalaku mulai goyah. Segera setelah akad, suamiku menyingkirkan kaki-kaki itu.

“Mereka harus pergi.”

Aku bahagia. Tapi gembiraku menguap saat suamiku meletakkan sepasang kaki baru di atas kepalaku. Kaki-kaki ibunya.

27 komentar pada “#FFRabu – Kaki-kaki”

        1. Ngg, mungkin saranku adalah ketika sebuah cerita selesai ditulis, endapkan. Biarkan untuk sementara waktu, mungkin sejam, sehari, atau seminggu. Lalu penulis ‘beralih posisi’ jadi pembaca. Telisik cerita yang sedang dibaca, di mana kekurangannya, di mana bagian yang bisa diringkas, atau ditambah. Semoga membantu. 🙂

          1. Jadi posisikan sbg si pembaca ya mas. Okay. Cuma kebiasaan ikutan FFRabu pas deket waktu atau lomba lainnya jg gitu. Hehehe.

Tinggalkan Balasan ke RedCarra Batalkan balasan