Pernahkah kubilang padamu bahwa engkaulah puncak segala candu?
Senyummu candu.
Tawamu candu.
Kerlingmu candu.
Bahkan diammu candu.
“Keren.”
“Ih, Mas ngintip!”
“Udah, nggak usah disembunyiin kertasnya. Kebaca semua, kok.”
“Uhh.”
“Tambah manis deh kalo cemberut. Hehe.”
“…”
“Apalagi kalo tersipu-sipu. Pasti banyak yang antre. “
“Apaan, sih? Emang sembako pake diantre?”
“Hahaha. Eh, itu Anya udah kelar dandan. Kalian mau ke mana sih?”
“Mas Ardi mau tauuuu aja.”
“Dih, Anya rese.”
“Ardi, jangan ganggu adikmu.”
“Eh, Ayah. Becanda kok, Yah.”
“Rani, yuk berangkat. Pamit dulu sama Ayah, Ran.”
Kuraih tangan lelaki itu, dadaku membuncah. Semoga tiada yang tahu, kaulah candu itu.