#FFKamis – Candu

tersipu

Pernahkah kubilang padamu bahwa engkaulah puncak segala candu?
Senyummu candu.
Tawamu candu.
Kerlingmu candu.
Bahkan diammu candu.
“Keren.”
“Ih, Mas ngintip!”
“Udah, nggak usah disembunyiin kertasnya. Kebaca semua, kok.”
“Uhh.”
“Tambah manis deh kalo cemberut. Hehe.”
“…”
“Apalagi kalo tersipu-sipu. Pasti  banyak yang antre. “
“Apaan, sih? Emang sembako pake diantre?”
“Hahaha. Eh, itu Anya udah kelar dandan. Kalian mau ke mana sih?”
“Mas Ardi mau tauuuu aja.”
“Dih, Anya rese.”
“Ardi, jangan ganggu adikmu.”
“Eh, Ayah. Becanda kok, Yah.”
“Rani, yuk berangkat. Pamit dulu sama Ayah, Ran.”

Kuraih tangan lelaki itu, dadaku membuncah. Semoga tiada yang tahu, kaulah candu itu.

FFRabu – Mertua oh Mertua

mertua

sumber

Sedari dulu sudah kutahu, Ibu mertuaku adalah perempuan yang sangat menyayangi anaknya. Pasalnya, Menur, istriku itu adalah anak tunggal.

“Nur, aku mau bicara soal Ibu.”

Menur mengangkat matanya dari deretan huruf majalah. “Ya, Mas?”

Aku berdeham. “Bisakah kauminta pada Ibu agar tak usah datang lagi?”

Menur sontak berdiri. Matanya menudingku. “Mas tak suka? Kenapa?”

“Aku…tak nyaman.”

“Mas! Ibu cuma sesekali datang! Dia hanya ingin menjengukku!”

“Tapi..”

Kalimatku terhenti saat dari luar kudengar suara langkah kaki mendekat dan berhenti tepat di depan pintu.

“Ibu datang! Masuk saja, Bu!”

Pintu masih tertutup rapat. Hanya wangi melati yang perlahan meruap di sekujur ruangan.

100 kata

#FFRabu – Mencari Air Mata

nangis

sumber

Air mataku dulu pernah jadi air matamu juga.

Kau mendengus. Aku melanjutkan.

Semua air di bumi berjumlah sama. Air menguap dan mengembun menjadi hujan berjumlah serupa.

Lalu? sergahmu.

Karena itu menangislah. Hatimu terlalu lama batu. Air mata barangkali bisa melembutkannya.

Hahahahaha.

Aku menunggu jawaban lebih dari sekedar tawa.

Tak usah sok puitis! Berlagak tahu apa yang aku rasa. Kau buta tentang aku!

Aku tahu! Kau terluka. Lelakimu pergi, hidupmu hancur. Aku pernah rasakan yang sama.

Kau termenung. Kurengkuh bahumu. Kau tak menolak.

Lembutkan dulu hatimu. Setelah itu izinkan aku menyembuhkan lukamu.

Kau menatapku lama. Dua titik bening terbit di sana.

FFRabu – Rajaku

raja

sumber

Rajaku, kesayanganku.

Aku menjunjungmu. Kata-katamu titahku. Meski harus menjual raga, aku rela.

“Kakiku sakit!”

Maka aku tergopoh memijat. Kubalur kakimu dengan minyak, kutekan-tekan perlahan.

“Aw! Terlalu keras, bodoh!”

Aku tunduk mengelus perih pelipis. Aku terima, Rajaku.

Lanjutkan membaca “FFRabu – Rajaku”

Kasih Tak Sampai

kasih-tak-sampai

sumber

Dua pasang mata kita bersua; berbicara dalam bahasa yang tak teraba.

“Kau cantik,”pujiku tulus.

Dia menengadah, menahan laju bening di matanya yang akan tumpah.

“Zain…”

“Ssst.. jangan menangis, Nira. Nanti bedaknya luntur. Hilang deh cantiknya.” Aku tertawa.

Lanjutkan membaca “Kasih Tak Sampai”