[Small Things] Tertipu Mata, Keliru Kata

orang-kaya130601b

sumber

Ketika menemani seorang teman melakukan kunjungan kerja (visit) ke alamat salah satu Wajib Pajak di Subulussalam, aku sedikit tertegun. Yang mempersilakan kami masuk ke dalam rumahnya adalah lelaki tua berusia enampuluhan. Bercelana pendek dan kemeja lengan pendek berwarna putih kusam. Seluruh permukaan kepalanya telah dikuasai uban. Tapi perawakan lelaki itu masih tegap, terlihat sehat.

“Silakan masuk, Pak,” sapanya ramah.

Aku dan temanku melangkah ke dalam rumah. Kami duduk di ruang tamu yang berisi seperangkat sofa. Setelah basa-basi perkenalan diri, temanku menyampaikan maksud kunjungannya. Aku hanya mengamati.

Jadi ini lelaki yang disebut-sebut sebagai orang paling kaya di ‘kota’ ini? Kulirik mobil mahal yang terparkir di depan rumahnya. Pandangan tak sengaja tertancap pada sakunya yang penuh. Lembaran biru limapuluh ribuan berjejal di dalamnya.

Benarkah cerita itu? Benakku teringat pada ‘kabar burung’ yang menyebutkan bahwa lelaki inilah yang sempat membuat seorang kepala cabang sebuah bank pemerintah memohon-mohon padanya. Kehebohan yang bermula dari salah kata.

Katanya, suatu hari si lelaki tua mendatangi bank pertama di ‘kota’ ini untuk suatu urusan. Dengan penampilan selayaknya petani yang hendak ke ladang : celana pendek, baju kaus kusam, topi jerami, dan sandal jepit, si lelaki menghampiri Customer Service dan menanyakan/meminta bantuan untuk suatu hal. Barangkali si petugas (entah lelaki entah perempuan) sedang sibuk, sudah lelah, atau banyak masalah, terucaplah kalimat yang mungkin biasa tetapi ‘salah nada’. Bisa juga karena tampilan si lelaki tua yang sangat biasa, maka dia bersikap kurang sopan. Si lelaki tua tersinggung. Merasa disepelekan.

Masalah lalu timbul.

Lelaki tua itu menelepon kepala cabang bank itu. Sebuah ‘ancaman’ dia keluarkan.

“Saya akan tarik semua uang saya di bank ini!”

Dang!

Ternyata si lelaki menyimpan dana berjumlah ratusan juta (ada juga yang bilang milyaran) di bank itu. Jika dana tersebut dialihkan ke tempat lain, bisa menggganggu arus kas. Apalagi untuk sebuah bank kecil yang belum lama beroperasi.

Singkat cerita, si pimpinan bank bersama Customer Service yang ‘malang’ datang menemui si lelaki tua. Tujuannya jelas, meminta maaf dan mengharapkan agar si lelaki tua tak menarik dananya. Pertemuan berakhir baik. Si lelaki tua memaafkan sikap Customer Service dan mengurungkan niatnya.

Pikiranku kembali pada ruang tamu tempat kami berada. Si lelaki tua rupanya sedang bicara santai dengan temanku. Topik yang diobrolkan adalah perihal sebidang tanah milik lelaki tua yang akan dibeli oleh pihak kantor sebagai lokasi pendirian gedung baru. Harga yang disepakati mencapai ratusan juta rupiah. Aku meneguk ludah, berseru dalam hati.

“Makin kaya aja nih bapak!”

10 komentar pada “[Small Things] Tertipu Mata, Keliru Kata”

      1. he’eh mas…

        Kalo pas ada tamu banyak ber-grup2 gitu di hotel aku seringkali bantuin angkat koper… antar tamu ke sana kemari (dah persis kayak roommaid). Dan seringkali mendapat perlakuan “yang gitu deh” dari para tamu. Boro2 ngucapin terima kasih atau dapat tips, manggilnya kadang kayak kacung aha ha ha… apalagi memang tampilanku yang biasa wae gitu

        Roomboy ku sampe keki kalo melihat aku di-begitu-kan.
        Pernah sampe akhirnya ‘tamu’ yang belagu itu jadi ‘keki’ waktu ketemu di lain hari dan aku diperkenalkan sebagai MO oleh staf…

        aha ha ha ha ha.. Ga apa2 lah… pengalaman keren itu…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s