“Ikutlah.”
Kulipah atau pawang akhirnya mengizinkanku. Aku gegas bergabung dengan empat lelaki berpakaian pendekar di tengah lapangan. Di belakang mereka sebuah lukah telah siap.
“Siapkan sesaji,”perintah kulipah.
Jantungku berdentang. “Ibu,” bisikku.
Kulipah membaca mantra. “Pegangi lukah!”
Kami bersiaga. Benda itu mulai bergerak. Pelan, lalu berubah liar. Kami terombang-ambing dengan kekuatan di dalamnya.
“Musik!”
Seketika suara rabab, saluang, dan talempong mengalun. Lukah bagai terbuai irama lagu. Berayun gemulai bak gadis penari.
“Ibu?”
Mataku berkabut. Aku merasa begitu dekat dengan ibu. Aku seperti sedang menari bersamanya.
Mendadak kulipah mengangkat tangannya sambil komat-kamit. Musik berhenti, pun lukah. Ada yang tercerabut dari dalam dadaku.
100 kata
Keterangan
1. Lukah gilo : Berasal dari kata lukah artinya perangkap ikan yang terbuat dari lidi atau anyaman rotan, dan gilo yang artinya gila. Lukah gilo, sebuah kesenian suku Minangkabau.
2. Kulipah : pawang, pemimpin ritual. Bertindak sebagai pembaca mantra pemanggil jin. Jin yang datang ditempatkan dalam lukah. Gerakan lukah tergantung pada jin apa yang berhasil ‘dipanggil’.
3. Rabab, Saluang, Talempong : alat musik Minang.
Kok saya kurang ngerti ya
itu yang tercerabut apa?
Hmm.. petunjuk yang ada dalam cerita terlalu samar kayaknya. Jadi gini, kulipah memanggil ‘makhluk halus’ masuk ke dalam lukah. Nah, si tokoh utama sangat berharap kalau sewaktu-waktu roh ibunyalah yang datang dan menari. Jadi, ketika kulipah membaca mantra dan roh itu datang (menari), tokoh aku merasa dia sedang menari dengan ibunya. Dan ketika roh itu pergi diusir kulipah, rasa rindu kepada seorang ibu seperti tercerabut, dicabut paksa. Gitu. 🙂
oh gitu
ahaha
baru ngerti sayya
Alhamdulillah :’)
mirip bambu gila ya, bang? dari indonesia timur
iya, Rif. Manggil jin buat masuk ke dalam benda tertentu.
jadi tokohnya mati?
dalam cerita nggak ada yang mati, kok… 🙂
Aku baru tau ada yg beginian, padahal aku msh ada keturunan Minang jg😂🔫
aku juga baru tahu setelah gugling… hehe