[Flashfiction] Kapok!

agung hercules
“Cut!”

Sutradara berteriak keras. “Agus! Saya udah bilang, kamu itu jatuhnya mesti real! Mesti terlihat beneran! Masak gitu aja nggak bisa sih?”

Agus, lelaki bertubuh kekar dengan gumpalan otot bertonjolan di lengan mengangguk lemah. Tubuhnya terasa ngilu akibat adegan jatuh berkali-kali. Tapi dia tak berani mengeluh.

Maharani, artis cantik yang berperan sebagai putri jutawan yang diculik oleh preman yang diperankan Agus mendekat. Senyuman manis terkembang. Dari bibir mungilnya meluncur kalimat menusuk hati.

“Kalo akting yang bener ya, Mas. Jangan ngerugiin orang kayak gini dong. Sudah hampir pagi nih!”

Maharani mengalihkan pandangannya pada sutradara, memberi isyarat dengan jari. Sutradara mengangguk.

“Oke, scene 45, take 7. Action!”

**********

Agus pulang ke kamar kontrakannya di sebuah gang sempit yang berbatasan dengan pabrik tahu dengan tubuh lebam. Adegan yang harus dilakoninya hari ini melulu adegan yang menyakitkan. Jatuh dari motor, terlempar ke dalam rumah, sampai dipukuli oleh warga. Agus menghenyakkan tubuhnya ke kasur tipis yang digeletakkan begitu saja di sudut ruangan. Tangannya meraih amplop yang tadi diserahkan asisten sutradara sebelum pulang.

“Bismillah..”

Sebenarnya Agus sudah tahu berapa rupiah honornya per hari sebagai figuran. Tapi tetap saja ada harapan terselip, siapa tahu ada rejeki lebih. Tapi hari ini tidak ada rejeki lebih. Agus menghela napas. Dari jendela kamar dilihatnya bocah-bocah bermain.

“Le, panggilkan Mak Ijah yah.”

Satu jam kemudian Mak Ijah sudah memulai rutinitasnya nyaris setiap hari. Memijat Agus.

“Oalah, Gus…Gus. Tiap hari kamu manggil Mak buat ngurut badan kamu yang biru-biru. Kamu kok masih tahan toh? Apa ndak nyari kerjaan lain aja? Yang nggak tiap hari dipukulin gitu?”

Cekatan tangan Mak Ijak membalurkan minyak gosok ke tangan Agus kemudian mulai mengurut. Agus meringis merasakan kerasnya jemari perempuan tua itu.

“Mak, pelan-pelan dong. Sakit niiih.”

Mak Ijah tersenyum simpul. “Kamu itu badan segeda batang kelapa gini tapi diurut sama nenek-nenek aja masih ngeluh kesakitan?”

Agus merengut. “Yeee, biar udah tua tapi jari-jarinya kan sakti.”

Mak Ijah hanya tertawa.

“Eh Mak baru keingat, Gus. Ada langganan Mak yang juragan mi lagi nyari pekerja. Kamu mau?”

Mata Agus menerawang. Sudah tiga tahun dia menekuni dunia akting. Selama ini belum ada perkembangan berarti. Apa sudah saatnya berhenti?

Agus menatap mata Mak Ijah. Dia mengangguk.

**********

Sudah tiga bulan Agus berjualan mi keliling. Dagangannya cukup laris. Sebagian karena mi yang dijual memang enak, sebagian lagi karena pembeli tertarik pada dirinya.

“Dih, badan abang ini kayak atlet!”

“Nggak jadi artis aja, Bang?”

“Jadi bodyguard, Bang! Gajinya gede!”

Agus cuma tersenyum menanggapinya. Dia terus mendorong gerobaknya hingga memasuki sebuah kompleks perumahan.

“Wah, ada rame-rame nih! Bakalan laris daganganku!” Agus girang. Dia bisa pulang lebih cepat bila ramai pembeli.

“Wah!Kebetulan! Bang, bang!” Seseorang bergegas mendatangi Agus. Agus menyeringai. “Pasti orang ini mau beli banyak.”

“Gini bang. Kebetulan kami lagi kekurangan figuran. Postur abang cocok nih!”

Hati Agus berdetak. Figuran? Dibanting sana-sini? Agus meringis.

“Ngg…jadi apa ya?”

“Yaah, jadi preman gitu bang.”

Agus meringis lagi lalu menggeleng. “Nggak deh, Bang. Saya mau jualan mi aja.”

482 kata.

26 komentar pada “[Flashfiction] Kapok!”

    1. yang aku tahu sih lebam yang dibuat pake make up itu ‘cuma’ buat aktor/aktris utama aja. Kalau namanya pemeran pengganti, ya kena pukulnya beneran. Gitu juga jatuhnya. Apalagi kalau sinetron/film laga. *pernah baca tentang ‘suka-duka’ jadi stuntman. Resiko cedera, patah tulang bahkan sampai hilang nyawa. 🙂

Tinggalkan Balasan ke riga Batalkan balasan