[Flashfiction] Rahasia Liontin

liontin belanda

Ayah Liza keluar dari ruang kerjanya sambil mengacungkan sepucuk surat. “Liza,” katanya, “aku sedang mencarimu; masuklah ke ruang kerjaku.”

Liza mengikuti ayahnya memasuki ruang kerja, dan ia menduga bahwa apa yang akan disampaikan oleh ayahnya tentu berhubungan dengan surat yang dipegangnya. Mereka duduk berdua saling berhadapan. Liza menyusun kata-kata dalam kepalanya untuk memberikan penjelasan yang tepat.

“Kamu orang masih berhubungan dengan lelaki pribumi itu, hah?” Ayah Liza meradang. Liza mengerut ketakutan di kursinya. Kata-kata yang ada di pikirannya mendadak menguap.

“Kamu ini noni Belanda! Anak Residen Cornelis van Houten. Lelaki itu bahkan tidak pantas jadi jongos kamu!”

Hati Liza tersentak. Ia ingin menyanggah, tapi tak berani. Ia sendiri sebenarnya belum yakin dengan pikirannya. Karena itu ia ingin mengenal Kardi lebih jauh.

Ayah Liza meneliti kembali surat yang dipegangnya. “Kamu mau ketemu dia kapan? Lusa?” Senyum kejam tersungging di bibirnya. Liza merasa ngeri memikirkan kelanjutan kalimat ayahnya.

“Papa, tolong jangan sakiti dia!” Pinta Liza putus asa.

Ayahnya tak peduli. “Biar aku yang mengajari pribumi tak tahu diri itu. Dia akan ingat selamanya.”

Liza merasa tengkuknya dingin.

********

Kardi menunggu dengan cemas di sebuah gubuk yang didirikan di tepi sebuah kebun karet. Ia menatap langit, matahari mulai beranjak turun. Seharusnya Nona Liza sudah datang sejak tengah hari tadi.

Telinga Kardi menangkap langkah kaki-kaki bergegas menuju ke arahnya dari balik pepohonan karet. Samar matanya menatap sosok-sosok berseragam hitam berkelebat. Kardi hendak lari tapi terlambat. Ia sudah terkepung. Kardi pasrah menanti yang akan terjadi. Seseorang yang terlihat punya kuasa menyeruak kerumunan tentara. Lelaki separuh baya berpakaian setelan celana kain, jas dan topi putih memegang sebuah tongkat.

“Jadi kamu orang namanya Kardi, hah?” Ia menghardik. Bibirnya menghembuskan asap tembakau dari pipa.

Kardi mengangguk takut. Kini ia menyesali keputusannya memenuhi keinginan Nona Valiza van Houten. Sekarang nasibnya akan berakhir dengan buruk.

“Beri dia pelajaran.” Van Houten memberi isyarat pada anak buahnya. Dua orang bertubuh tegap maju ke depan. Tanpa kata-kata peringatan mereka memukuli Kardi.

“Tuan! Saya mohon Tuan, jangan pukuli saya!” Kardi berteriak di antara hantaman dan tendangan. Badannya terasa remuk. Bibirnya pecah dan mengeluarkan darah. Van Houten hanya memandangi tanpa ekspresi. Dua orang suruhannya masih menghajar Kardi yang kian kepayahan.

Di langit cahaya matahari tinggal satu-satu. Semburatnya mengalir di sela-sela pohon karet. Salah satu berkasnya menyentuh tubuh Kardi. Sesuatu di leher Kardi memantulkan cahaya.

“Berhenti!” Sentak Van Houten tiba-tiba. Ia berjalan mendekati Kardi yang kepayahan. Tangannya terjulur merenggut kalung perak dengan liontin di ujungnya. Tiba-tiba kemarahannya meledak.

“Dari mana kamu orang dapat kalung ini, hah? Kamu orang mencuri dari Liza!” Tuduhnya kejam.

Kardi tak mampu menjawab. Van Houten merenggut kerah baju Kardi. “Jawab atau kutinggalkan mayatmu membusuk di kebun ini.”

Kardi menelan ludah bercampur darah. Susah payah ia menjawab. “Dari..dari ayah saya. Katanya itu peninggalan almarhum ibu.”

“PENDUSTA! Kamu lihat foto di dalam liontin ini?” Van Houten membukanya. “Ini almarhum istriku!”

Kardi tak mampu menjawab. Hanya matanya yang membelalak lebar seolah tak percaya. Van Houten terkejut. Bahkan dalam keremangan ia bisa melihat, mata itu berwarna biru!

* 492 kata

45 komentar pada “[Flashfiction] Rahasia Liontin”

  1. bagus niiihhh ^.^ congraats yah…eh salam kenaaal 😉
    attar kek nama anakku hihihih cuma beda satu suku kata, anakku namanya athar, tapi nyebutnya kan sama *halah* *gak penting *abaikan* 😀

    1. makasih mbak Ranny….
      Salam kembali yah….juga buat Athar. 🙂
      btw…nama asliku Riga, Attar itu nama pena aja. 🙂

    1. makasih yah Yunarty… aku sempat nyari di internet nama-nama pejabat belanda yang jadi residen di indonesia. Udah liat beberapa nama, eh kok ya nyangkutnya sama nama Van Houten. Ada yang bilang nama merek coklat juga. Hahahaha..

    1. awalnya pengen ngasi nama yang “Indonesia Banget” buat tokoh ini, karena kan dua tokoh lainnya udah jelas orang belanda. Nah, kok ya awalnya langsung kepikiran nama “Kardi”. Nggak maksud bilang Kardi ini orang jawa kok. 🙂

  2. Keren, Mas. Penulisannya rapi pula.
    Cuma sedikit koreksi, nih. Bagian yang ini kayaknya kurang tanda koma deh, Mas Riga 🙂
    “Kamu mau ketemu dia kapan? Lusa?”

    1. tentang tanda koma, menurutku memang nggak perlu, Mas. Van Houten ini dalam bayanganku emang bahasa indonesianya nggak terlalu bagus, jadi cara bertanya dia nggak baku. 🙂

  3. wahh.. ternyata 🙂
    tapi, saya agak bingung yang ini sih
    “PENDUSTA! Kamu lihat foto di dalam liontin ini?” Van Houten membukanya. “Ini almarhum istriku!”
    terus dibawahnya ada “Van Houten terkejut.”
    hehe.. tapi bagus ceritanya!

    1. Van Houten terkejut karena menyadari bahwa ternyata Kardi bermata biru. 🙂 | Thanks yah udah mampir. 🙂

    1. Sayang sekali…nggak bisa. Sebenarnya dalam cerita ini aku nggak bermaksud bilang kalau Kardi dan Valiza ada hubungan asmara. Bayanganku begini : Valiza memang Noni Belanda yang nggak sombong. Suka bergaul dengan rakyat. Nah, suatu waktu dia ketemu Kardi yg ternyata bermata biru. Dia penasaran lalu bertanya-tanya. Akhirnya Kardi bilang sesuatu tentang ibunya, dan liontin itu adalah bukti. Jadi, tak ada hubungan asmara antara keduanya. 🙂
      Thanks ya Orin.. 🙂

      1. setelah baca penjelasan Riga dan kemudian baca lagi, cerita ini jadi lebih bagus lagi 😀
        Nice writing, Riga 😉

  4. Mantep! Two thumbs up for this story!
    Makasih udah ikutan Berani Cerita ya, Riga!
    Good job! Keep it up di tantangan selanjutnya!

  5. oh Kardi anakku *Kemudian Van Houten menciumi Kardi, pergumulan Bapak dan anak terjadi*! Omegot !!! *nambahin twist*:))

Tinggalkan komentar