Kapten polisi Ratno tiba di lokasi beserta beberapa anak buahnya. Seorang anggota polisi berpakaian preman menghampiri dan memberi hormat.
“Bagaimana situasinya, Man?” tanya Ratno.
“Siap, Kep. Sebuah rumah hangus terbakar, dua orang menderita patah tulang dan sudah dirawat di rumah sakit, dua orang luka memar.” Herman memberi laporan.
“Ada korban lain?”
“Siap, Kep. Nggak ada. Tiga bocah baik-baik saja.”
“Bagaimana asal muasal kejadian ini?”
Herman menggelengkan kepala. “Saya tak habis pikir, Kep. Semua ini gara-gara sebatang rokok.”
“Oh ya?”
***
Siang yang terik. Angin mati sementara matahari garang memanggang bumi. Di teras sebuah rumah besar yang terbuat dari papan seorang perempuan berusia 30-an duduk berselonjor. Mimi – nama perempuan itu – mengipasi tubuhnya yang kegerahan.
“Riniii.” Suara nyaring Mimi terdengar. “Ambilin air es segelas!”
“Ya, Maaak.” Sebuah suara menyahut.
Semenit kemudian seorang bocah berusia tujuh tahun datang mendekat. “Ini Mak.”
Mimi menenggak air dingin hingga tandas. Bibirnya mendecak puas.
“Mak…tahu nggak?” Rini berbisik.
“Apa?” Mimi melanjutkan mengipasi tubuhnya.
“Bang Rangga merokok!”
Telinga Mimi naik. “Tahu dari mana?”
Rini merendahkan suaranya. “Rini lihat abang merokok sama Bang Alvin.”
Hati Mimi panas. Bergegas dia menuju bagian kanan rumah yang ditempati Jarwo, saudara tiri Mimi dan Niah, istri Jarwo. Di kamar Alvin keponakannya, Mimi mendapati sepuntung rokok di bawah meja.
Ketahuan!
Mimi segera pergi ke dapur menemui Niah yang sedang mengaduk opor. Mimi langsung menyemprot. “Hei, Niah! Ajarin anakmu ya. Jangan merokok, masih kecil. Apalagi ngajak-ngajak anakku!”
Niah menoleh kaget. Meski tak mengerti duduk persoalan, emosi Niah langsung tersulut. “Eh, jangan asal nuduh ya! Siapa bilang anakku merokok?”
“Aku lihat sendiri!” Mimi membual.
“Sembarangan! Anakku anak baik!”
Mimi mencibir. “Alaah, baik apanya? Coba tanya orang-orang! Biar masih kecil, anakmu itu bengal!”
“Anakmu yang bandel! Pasti anakku merokok karena pengaruh anakmu. Ibunya aja kerjanya nggak jelas.” Niah memajukan bibirnya.
“Eh, eh.. apa maksudmu ngomong kayak gitu? Kerjaku jelas ya!”
“Halah! Jelas apanya? Patungan bayar listrik aja masih sering ditombokin. Giliran bayar iuran ini-itu malah ngumpet. Aku juga yang talangin.”
“Loh, kok ngungkit-ngungkit? Semua udah aku bayar kan?”
“Masih ada yang belum.” Sergah Niah sengit. “Itu uang yang dipinjam Marno suamimu dari Mas Jarwo belum dilunasi.”
“Sudah!”
“Belum!”
Entah siapa yang memulai, pertengkaran mulut berlanjut dengan pertengkaran fisik. Niah dan Mimi saling menampar dan menjambak. Kekesalan yang menumpuk selama bertahun-tahun menemui pelampiasan.
“Berhenti!” suara berat tiba-tiba terdengar. Jarwo sudah berdiri di ambang pintu. Niah dan Mimi sejenak berhenti. Tapi masing-masing belum mau melepaskan cengkeraman dari rambut lawan.
“Kubilang berhenti!” Jarwo maju dan mencoba melerai dua perempuan itu. Berhasil. Mimi jatuh terjajar di dekat pintu. Tepat di kaki Marno.
“Apa-apaan ini?” Marno membentak marah. Mimi beringsut ke kaki suaminya dan menangis. “Aku dipukul dan didorong Jarwo.”
Tanpa bertanya lebih lanjut Marno langsung menerjang Jarwo. Saling sikut tendang dan pukul. Suasana dapur menjadi kacau. Sebuah tendangan Marno yang luput menghantam kompor. Panci tumpah. Kompor jatuh di dinding dapur. Api menyala dengan cepat.
***
Ratno menghela napas panjang ketika Heman menyelesaikan ceritanya.
“Sayang sekali. cuma gara-gara sebatang rokok.” Herman mengangguk.
Ratno membuang rokok yang tadi diisapnya.
“Ayo kita pergi.”
500 kata
Baru baca, dan asyik nih…
asikkkk.. makasih mas sigit.. 🙂
Twist banget nih, tak kirain rokoknya menyebabkan kebakaran karena apinya masih menyala, ternyata… 😀
hehehe. … thanks udah mampir yaaa 🙂
Idenya biasa tapi jadinya luar biasa! Dari awal ampe akhir twist smua … *lhah?
lah, masak twist semua? coba, coba….gimana tuh maksudnya?
wah seru jg berantemnya mas, ngalir, sering ngamatin orang berantem ya 😀
hahahaha..(dulu) kebanyakan nonton sinetron. 😀
Aiiih…seperti biasa…selalu keren euy klo bikin cerita..
Jdi pgn berguru.. 😀
yuk..belajar bareng.. 😉
hayuuuk..^_^
keren bang… d^__^b
ah…makasihhh…. 🙂
Itu Ratno buang rokok di mana? *keplakin polisi*
Keren, Kak ^^
makasih, Nina… 🙂
Kejam. Main fisik. Gak adil #eh.. #salahFokus
tidak! jangan, fernando! aku masih istrinya Rufolfo. *biar makin ngaco. :p
Hahaha..bang buat cerita road story dong 😀
cerita road story itu yang kayak mana ya dika?
Adanya sih road movie yah, lbh gampang divisualkan. Hehehe. Yaahh.. Mungkin kayak dialog singkat yg menarik di dalem mobil gitu bang :D. Di dalem kereta, di dalem pesawat, dst.
bisanya dialog dalam kamar aja. gimana? 😀
Huufftt…kalo itu mah kamu expert…ckckck
ckckckckc… :p
Mas Riga doyan merokok juga? Join yuuuuu :D.
Salam kenal dari timur mas 🙂
nggak doyan rokok, Mas Heru. 🙂 | Salam kenal juga…. 🙂
cerita-cerita Bang Riga selalu berawal dari sesuatu yang sederhana,ya? Suka, deh. 🙂
ahhh, Sulung bisa ajaaaaa… *ge-er* hehehe. Thanks, Lung.. 🙂
Rokok memang biak kerok 😀 . Jangan ngerokoklah supaya damai dan sehat tentunya 😉 .
setuju sama Nella. 🙂
panjang ternyata penyebabnya. penuh liku-liku 😀
iya, mas. untung jatah katanya masih cukup. hehehe
Hehehe saya gak bisa bikin cerita seru gini, pengen belajar ahh
ayo terus berusaha, pasti bisa! 🙂
ckckckckck….
ckckckck… *eh…ada cicak cicak ding ding ding….. :p