Air mataku dulu pernah jadi air matamu juga.
Kau mendengus. Aku melanjutkan.
Semua air di bumi berjumlah sama. Air menguap dan mengembun menjadi hujan berjumlah serupa.
Lalu? sergahmu.
Karena itu menangislah. Hatimu terlalu lama batu. Air mata barangkali bisa melembutkannya.
Hahahahaha.
Aku menunggu jawaban lebih dari sekedar tawa.
Tak usah sok puitis! Berlagak tahu apa yang aku rasa. Kau buta tentang aku!
Aku tahu! Kau terluka. Lelakimu pergi, hidupmu hancur. Aku pernah rasakan yang sama.
Kau termenung. Kurengkuh bahumu. Kau tak menolak.
Lembutkan dulu hatimu. Setelah itu izinkan aku menyembuhkan lukamu.
Kau menatapku lama. Dua titik bening terbit di sana.