11 bulan, 61 tulisan. Mana yang paling berkesan?
Selama kurun waktu 11 bulan di tahun 2014 saya menulis belasan cerpen, puluhan flashfiction, beberapa puisi abal-abal (sehingga saya menamainya ‘semacam puisi’) juga tulisan non-fiksi. Beberapa tulisan non-fiksi ini saya buat untuk memenuhi tantangan lomba menulis atau giveaway baik yang diadakan oleh perorangan maupun perusahaan. Dua atau tiga tulisan fiksi dan non-fiksi saya kemudian terpilih untuk mendapatkan hadiah dari penyelenggara kontes.
Jadi, apakah salah satu dari tulisan pemenang lomba atau giveaway itu yang paling berkesan buat saya?
Enggak.
Betul, setiap tulisan telah saya pikirkan masak-masak pada saat pengerjaannya. Kata-kata saya pilih dengan sebaik-baiknya. Tapi ada satu tulisan yang benar-benar merasuki jiwa pada saat membuatnya. Tandas menguras emosi hingga saya nyaris menangis. Oh, bukan nyaris, tetapi benar-benar menangis. Saya harus menyingkirkan laptop dari pangkuan dan membiarkan tetes-tetes air mata berjatuhan dari pelupuk. Saya sungguh –kembali- merasa hancur.
Tulisan tersebut berupa sebuah cerita pendek berjudul Titip Rindu Buat Ayah. Ya, ini adalah cerita yang saya alami sendiri. Kisah nyata yang pernah menghancurkan hati. Melumpuhkan daya hidup. Membuat saya merasa mati.