
bagian ke tiga belas
CERITA SEBELUMNYA
SATU | DUA | TIGA | EMPAT | LIMA | ENAM | TUJUH | DELAPAN | SEMBILAN | SEPULUH | SEBELAS | DUA BELAS
Dio menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang. Meski pikirannya sedang kalut, dia tak ingin menambah masalah dengan mengebut. Jalanan di depannya tampak senyap, hanya ada beberapa mobil yang silih berganti mendahului mobilnya. Dio mengusap wajahnya yang berkeringat meski di luar hujan dan AC mobil telah dinyalakan. Urusan cinta ini sungguh pelik. Dio menghela napas panjang.
Dio seperti tersadar saat menyadari bahwa mobilnya berhenti di depan sebuah rumah berhalaman luas yang ditumbuhi beberapa pohon buah di sisi kiri dan kanannya. Rumah itu memiliki teras lebar yang diisi dengan satu set kursi rotan, serta sebuah kursi malas. Rumah yang dulu menghadiahinya banyak kenangan manis, juga pahit. Rumah milik Malinda, ibu Ratih.
“Ah…” keluh Dio. “Mengapa aku bisa sampai ke sini?” Lanjutkan membaca “Cerfet #MFF : Labirin Rasa”