Standar kebersihan tiap orang memang berbeda-beda, bergantung pada kebiasaan pribadi, keadaan, dan banyak faktor lain. Sekali waktu saya pernah lihat seorang petugas kebersihan yang menyantap sebungkus nasi tak jauh dari bak sampah. Meski bagi beberapa orang, sekadar melintasi bak sampah saja sudah menimbulkan rasa jijik, buat petugas kebersihan itu hal biasa. Barangkali dia sedang istirahat dan tak boleh jauh-jauh dari ‘wilayah kerjanya’. Atau penjaga toilet terminal yang santai saja mengunyah gorengan di depan ‘daerah kekuasaannya’.
Sekali waktu saya menyaksikan seorang teman yang rela membuang seporsi makanan yang dipesannya ‘cuma’ karena ada sehelai rambut nyempil di sebongkah nasi. Saya hanya bisa miris melihat bongkahan nasi, rendang yang belum dicuil, serta perintilan lainnya masuk ke tong sampah. Duh, kalau sama saya sih, paling cuma rambutnya aja yang saya buang, selebihnya dimakan. Hahaha.
Lain hari saat menemani seorang teman pergi ke suatu tempat, dia minta saya mampir ke lapak penjual air tebu. Kebetulan siang itu matahari sedang gagah-gagahnya. Dia turun menghampiri lapak sementara saya menunggu di motor. Belum semenit dia sudah kembali.
“Lho, kenapa nggak jadi?”
“Males.”
“Maksudnya?”
“Yang jual sedang merokok. Dan pas mau siapin air tebunya, dia nggak cuci tangan. Kita cari tempat lain aja.”
Saya ber-oh- sejenak lalu menyalakan motor. Standarnya lebih tinggi lagi, pikir saya.
Kalau saya sendiri sepertinya masih plin-plan dalam menerapkan standar kebersihan semacam ini. Ketika akan wudhu di musala atau mesjid, saya lebih memilih wudhu dengan air kran ketimbang air dalam bak. Banyak mesjid menyediakan satu bak besar air wudhu yang (kadang-kadang) sekaligus dialiri air. Jamaah yang akan salat berwudhu dengan cara menciduk air langsung tanpa gayung. Ketika membasuh wajah, air bekas basuhan kembali jatuh ke dalam bak. Saat mengusap tangan, air bekas usapan sebagian kembali lagi ke dalam bak. Jika hanya satu dua orang yang seperti itu, mungkin tak masalah (bagi saya). Tapi jika ada puluhan hingga ratusan orang?
Sekali lagi, memang saya masih plin-plan dalam menerapkan standar kebersihan semacam ini. Buktinya ketika makan di sebuah restoran siap saji, sepotong ayam yang saya pesan terlepas dari genggaman dan jatuh ke lantai. Sigap saya mengambil ayam goreng itu, mengelupas lalu membuang sebagian kulit garingnya yang (menurut perkiraan saya) terkena lantai, dan dengan santai kembali mengunyah daging lezat itu. Ah, belum lima menit!
Duh!
Kategori: Uncategorized
#FFRabu ~ Cermin Kopi
sumber : andesmar.yu.tl
“Kupikir kopi yang tak hitam adalah kopi yang tak setia,” gumam Andra. Mayra di sebelahnya melirik sekilas. Kembali menyesap kopi susu di cangkir.
“Kenapa begitu?”
Andra menggeser kursi menghadapi Mayra. “Sebab dia menyalahi takdirnya. Kopi seharusnya hitam, bukan cokelat, apalagi putih.”
“Jadi kopiku ini pengkhianat, begitu?”
Andra diam. Tatapannya menghunjam. “Mungkin.”
Mayra disergap gelisah. “Kenapa melihatku seperti itu?”
Andra tertawa kecil. “Tak perlu khawatir. Selama tak melakukan kesalahan, untuk apa merasa bersalah?”
“Pembicaraan ini bikin aku nggak nyaman. Aku pulang saja.” Mayra gegas bangkit keluar kafe. Di parkiran dia menelepon.
“Sudah kubilang, hati-hati kalau ngobrol dengan dia. Dia itu perasa!”
100 kata
2014 in review : What a Year!
Asisten statistik WordPress.com menyiapkan laporan tahunan 2014 untuk blog ini.
Berikut ini kutipannya:
Aula konser di Sydney Opera House menampung 2.700 orang. Blog ini telah dilihat sekitar 56.000 kali di 2014. Jika itu adalah konser di Sydney Opera House, dibutuhkan sekitar 21 penampilan terlaris bagi orang sebanyak itu untuk menontonnya.
Pengumuman Pemenang AttarAndHisMind First Giveaway
Hai, Kawans…
Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk mengikuti giveaway ini, ya. Ini giveaway pertama, jadi mohon maaf jika ada kekurangan, yah. 🙂
Tema yang harus dibuat oleh peserta rasanya bukan tema yang rumit, ya. Kata saya, lho! Kan saya nggak ikutan bikin. Hehe. Selain tema, syarat tulisan dalam bentuk fiksi rupanya sedikit menyulitkan bagi sebagian orang. Lho, kenapa? Jadi begini yang ada di pikiran saya saat membuat konsep giveaway ini. Tema “Tak Ada Kata Terlambat untuk Hal Baik” memang menarik dikisahkan dalam bentuk non-fiksi. Peserta bisa menceritakan kisah yang dialami sendiri atau orang lain dengan narasi wajar tanpa perlu bumbu-bumbu konflik (namanya juga kisah nyata) atau pun puntiran di akhir. Tapi menurut saya yang seperti ini kurang menantang. *dijitak peserta* Jadi, saya putuskan, cerita harus fiksi!
Lanjutkan membaca “Pengumuman Pemenang AttarAndHisMind First Giveaway”
Perdagangan Online di Indonesia
Apa itu e-commerce?
e-commerce atau perdagangan secara elektronik (online) adalah perdagangan barang dan/atau jasa yang dilakukan oleh pelaku usaha dan konsumen melalui sistem elektronik. Apakah perbedaannya dengan perdagangan secara konvensional? Jika kita telisik, perbedaan mendasar antara sistem perdagangan secara konvensional dengan secara online adalah interaksi antara penjual dengan pembeli. Pada perdagangan konvensional transaksi terjadi secara langsung (secara tatap muka) antara penjual dengan pembeli. Sedangkan dalam perdagangan secara elektronik, antara pembeli dan penjual tidak bertatap muka secara langsung. Dalam ilustrasi berikut digambarkan secara detail perbedaan antara perdagangan konvensional dengan perdagangan secara elektronik.