Darma menghenyakkan tubuh di kursi bus sambil mengembuskan napas lega. Syukurlah bus sore ini belum berangkat. Darma menggerakkan tangan ke kiri dan ke kanan sekedar meregangkan otot-otot yang kaku. Seorang lelaki muda di sebelahnya sedang membaca koran olahraga. Darma melirik sekilas judul artikel : Lampard Bawa Manchester City Singkirkan Chelsea. Ah, ironis sekali, pikirnya. Darma menarik pandangannya dari koran dan menatap ke depan. Dia menguap lebar. Suara tertawa kecil terdengar dari arah kiri. Seorang gadis yang duduk di kursi dekat koridor bus tengah menatapnya.
“Ngantuk, Bang?” Dia menyapa ramah. Darma tersenyum malu. “Iya.”
“Begadang?”
“Iya, ngerjain tugas kuliah.”
Lalu ada kesunyian di antara mereka berdua. Darma memandangi gadis yang duduk di sebelahnya. Wajahnya cantik, dengan pakaian dan riasan sederhana. Matanya sayu. Darma suka melihatnya.
“Namaku Darma.” Darma mengulurkan tangan.
“Nissa.”
Mereka berjabat tangan.
“Mau ke mana?”
“Tanjungpura, Bang. Ke tempat Nenek.”
“Berapa lama di situ?”
“Kayaknya lama. Kecuali….” Nissa menggantung kalimatnya.
“Kecuali apa?”
“Ah, nggak apa-apa.” Nissa tersenyum. “Kalau abang mau ke mana?”
“Pematang Siantar.”
“Ooo…”
Mereka berdua diam. Nissa memandangi ke arah luar jendela. Seperti ada sesuatu dalam pikirannya. Darma tak berani mengganggu.
“Ngg…Nissa…kalau abang datang ke rumah Nissa boleh nggak?” Darma memberanikan diri bertanya. Nissa terkesiap.
“Mau apa, Bang?”
“Eh…anu…silaturahmi aja. Boleh?”
Nissa tersenyum. “Boleh. Biar Nissa gambarkan lokasinya ya. Punya kertas, Bang?”
Darma mengubek-ubek tas sandang yang ia pegang. Tak ada satu bendapun yang bisa ditulisi. Ia merogoh saku. Ah, tiket bus ini sepertinya bisa dipakai.
Nissa menerima tiket dan mengeluarkan pensil alis dari dalam tas. Tangannya mencorat-coret di bawah keremangan lampu malam bus. Sebuah peta sederhana telah selesai. Nissa menyerahkan kertas itu.
“Jangan nyasar ya Bang.”
Darma meneliti ‘peta’ buatan Nissa. “Ah, gampang nyarinya. Kalau nomor hape ada?”
Nissa menggeleng. “Kemarin hape Nissa dijambret orang. Belum beli lagi.”
“Oooh.. ya sudah, nggak apa-apa kok.”
Darma menguap lebar. Dia melirik ke samping. Sepertinya Nissa juga sudah mengantuk. Tak lama keduanyapun terlelap.
Darma terbangun ketika kernet menepuk bahunya. “Sudah sampai di Medan, Bang.”
Darma menoleh ke kiri. Nissa sudah tidak ada. Mungkin dia tak tega membangunkan aku ketika turun di Tanjungpura, pikir Darma. Bergegas ia membereskan barang bawaan dan bersiap turun.
**********
Di terminal Pinang Baris Medan, Darma duduk santai di sebuah warung. Perjalanan ke Pematang Siantar akan dilanjutkan satu jam lagi. Ketika sedang makan, pandangan Darma tertuju pada sebuah pengumuman orang hilang yang ditempel di tiang listrik.
“Nissa?”
Darma bangkit ke arah tiang listrik. Itu memang benar foto Nissa! Gadis itu hilang sejak seminggu yang lalu. Sudah dicari kemana-mana tapi belum ketemu.
“Bukannya Nissa ada di rumah neneknya?” Darma membatin.
Terdorong oleh naluri, Darma bergegas membayar makanan dan menyetop bus yang lewat. Ia akan menemui Nissa. Keluarga Nissa pasti cemas. Setibanya di stasiun bus Tanjungpura, Darma memanggil becak dan memberitahukan tujuannya. Becak melaju dengan kecepatan sedang.
“Di sini, Bang?” Darma menatap tak percaya. Abang becak menurunkannya di sebuah tanah kosong di samping gedung tua tak terawat.
“Ya emang di situ alamat yang abang kasih.”
“Oh..”
Darma membayar ongkos lalu berjalan mendekati gedung. Barangkali rumah neneknya Nissa ada di belakang gedung ini. Darma mengabaikan perasaan tak enak yang menjalari batinnya. Sesampainya di belakang gedung, Darma terperanjat. Di situ hanya ada sebuah gundukan besar. Beberapa meter dari gundukan itu teronggok pakaian. Pakaian yang sama dengan yang dikenakan Nissa tadi malam.
horor bener baca malam-malam kayak gini. Tu bang, hati2 kalo pulang ke Langsa naik bus malam, liat-liat siapa yang duduk di samping….#eaaa
cowok cakep? 😀
idiihh…maunya…ckckckckc
ahemmm….
keren…..
thanks, Ru… :’)
o em ji…. tadinya ngebayangin cerita yang berbunga-bunga…gak taunya thriller. Keren mas.
makasih, ya Rika. 🙂
Ja… jadi… :’O
ke..ke…kenapa? :O
Jadinya ndak beruntung :”(
justru sebaliknya loh… kan jadinya Darma bisa ngebantuin Nissa “kembali” pada keluarganya. Bukan begitu? 🙂
*merinding…
Seru ceritanya 😀
makasih Udah mampir yaaa 🙂
Diperkosa dan dibunuhkah?
banyak kemungkinannya, mas Eksak. Terserah penafsiran yang baca aja. 🙂
banyak kemungkinannya, mas Eksak. Terserah penafsiran yang baca aja. 🙂
Nissa minta ditemukan itu ya bang…
….dan “dikembalikan” pada keluarganya. 🙂
iya, biar dimakamkan secara wajar dan keluarganya tau kalau ternyata Nissanya sudah ga ada..
Hiks..
makasih udah mampir yah 🙂
Sami2..
Saya selalu suka sama yang pandai menulis fiksi. Dulu sering oret2, coba mengasah imajinasi, tapi ujung-ujungnya kesel sendiri karena ga pernah bagus..
(eh, jadi curhat)
Semangat bang.. lanjutkan 😀
terusin ya oret-oretnya, Mira. Pelan-pelan mudah-mudahan jadi karya yg bisa dibanggakan. Salam 🙂
hehe.. ^_^
terima kasih
wah…ini keren bang, Nissa ngasih tau Darma disana jasadnya ya, jadi biar ga dicariin keluarganya lagi *jempol*
iya, mbak Orin. Makasih udah mampir yaaa 🙂
Si ceweknya itu hantu? :O
sssst…jangan keras-keras bilangnya. 🙂
Hiks.. horor endingnya 😀 bagus gan!
makasih, gan! 🙂
iiih…hantu yaah…
Nissa-nya hantu? Bisa jadi. 🙂
tetiba hening……
………………………………………. <<< ilustrasi hening. hehehe. Makasih Mak Mumun… 🙂
Serem.. 😐
Aku bacanya pas sendirian, pula..
Ini kereeennn…!
makasih, mbak Riniii… Cerita ini nggak horor kok. Suer… 🙂
Oh Nisanya mati terbunuh ya ?!
bisa jadi 😉